oleh

Menjajal Jalur Terjal, Menakar Masa Depan Agrowisata Kolok

Sawahlunto,TargetOnlineNews.com — Dengan sepeda motor trail, Wali Kota Sawahlunto Riyanda Putra bersama Wakil Wali Kota Jeffry Hibatullah menembus jalan tanah dan hutan Kenagarian Kolok, Kecamatan Barangin, Selasa, 9 September 2025. Mereka tak sekadar berpetualang. Rombongan pejabat ini sedang menakar masa depan embung dan agrowisata yang digadang-gadang bisa menjadi mesin ekonomi baru Sawahlunto.

Di antara pepohonan dan ladang warga, Riyanda ditemani anggota DPRD Ronny Eka Putra, Ketua LKAAM Dahler Datuak Panghulu Sati, serta sejumlah tokoh adat. Kehadiran para pemangku kepentingan ini bukan tanpa makna: pemerintah ingin memastikan ada dukungan sosial dalam mengelola potensi Kolok.

“Potensi ini harus segera dikelola secara terarah sehingga dapat memajukan pembangunan kota dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” kata Riyanda.

Ucapan itu terdengar seperti janji manis yang kerap mampir setiap kali pemerintah meninjau daerah. Bedanya, Kolok punya daya tarik ganda. Embung yang direncanakan akan menopang ketahanan air Sawahlunto, sementara agrowisata digadang bisa membuka ruang ekonomi baru. Dua kebutuhan yang sama-sama mendesak: air untuk bertahan, pariwisata untuk berkembang.

Namun jalan menuju realisasi tidak semulus trail yang mereka kendarai. Infrastruktur dasar di Kolok masih jauh dari memadai. Jalan tanah yang dilewati rombongan justru menjadi potret nyata tantangan. Jika akses tak segera dibenahi, wacana agrowisata bisa mandek di atas kertas.

Riyanda menegaskan, arah pembangunan ini sejalan dengan visi Sawahlunto Maju. Tapi pertanyaan besar muncul: apakah pemerintah daerah memiliki peta jalan yang jelas, lengkap dengan skema pembiayaan dan strategi pemberdayaan masyarakat? Atau, Kolok hanya akan menjadi proyek coba-coba, yang berakhir sebatas kunjungan lapangan?

Di sisi lain, keterlibatan tokoh adat dianggap sebagai kunci. Kolaborasi nagari dengan pemerintah akan menentukan keberlanjutan pengelolaan kawasan. Sejarah di banyak daerah menunjukkan, tanpa partisipasi masyarakat lokal, proyek ambisius sering berakhir mangkrak.

Setelah peninjauan, Riyanda langsung menginstruksikan perangkat daerah menindaklanjuti temuan lapangan. Instruksi cepat ini bisa dibaca sebagai sinyal keseriusan. Meski begitu, publik masih menanti bukti konkret: kapan embung benar-benar dibangun, kapan agrowisata mulai dirancang dengan detail, dan bagaimana transparansi anggaran dijaga.

Kolok, dengan embung dan agrowisatanya, sedang berada di persimpangan. Jika dikelola tepat, ia bisa menjadi laboratorium pembangunan berkelanjutan di Sawahlunto. Jika salah urus, ia hanya akan menambah daftar panjang proyek yang gagal memberi manfaat nyata bagi rakyat. (Ris1)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *