Pesan Terakhir Titiek Puspa: Warisan Seni yang Terlupakan di Tengah Gemerlap Jakarta

 

Jakarta, TargetOnlineNews.com – Duka mendalam menyelimuti industri hiburan Indonesia. Titiek Puspa, sosok legendaris yang akrab disapa Eyang Puspa, meninggal dunia pada Kamis, 10 April 2025 pukul 16.25 WIB di usia 87 tahun setelah menjalani perawatan intensif di RS Medistra, Jakarta.

 

Namun kepergian Eyang Puspa bukan sekadar kehilangan fisik dari dunia seni. Ia meninggalkan warisan berharga: sebuah pesan kritis tentang nasib seni budaya Indonesia yang selama ini ia pendam, dan baru diungkap setelah kepergiannya.

 

Pesan itu disampaikan melalui Deddy Corbuzier, yang sempat mewawancarai Eyang dalam sebuah podcast. Menurut Deddy, pesan tersebut adalah amanat yang hanya boleh disiarkan setelah sang maestro tutup usia.

 

“Eyang Titiek Puspa setelah podcast bisik-bisik ke saya: ‘Ded, kayanya pesan yang ini selama saya hidup tidak akan didengarkan. Simpan videonya,’” ungkap Deddy dalam unggahan video YouTube-nya, Kamis (10/4/2025).

 

“Sampai saatnya, kami kehilangan pahlawan seni,” lanjutnya penuh haru.

 

Dalam video tersebut, Titiek Puspa menyampaikan kekecewaannya atas minimnya perhatian terhadap pelestarian seni budaya Nusantara

.

Ia menyoroti betapa kekayaan budaya dari Sabang hingga Merauke seolah hanya jadi aksesoris belaka tanpa upaya pelestarian yang konkret.

 

“Saya kagum kepada para leluhur saya yang telah menciptakan seni budaya Indonesia yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke, lain semua kan? Tapi kenapa tidak dilestarikan dengan sungguh-sungguh?” ungkapnya.

 

Ia juga menyesalkan teater budaya yang kurang mendapat tempat di Ibu Kota, bahkan menyebut bahwa Indonesia hanya dikenal lewat Bali. Sementara Jakarta, sebagai ibu kota, seharusnya menjadi pusat penghidupan seni budaya bangsa.

 

“Orang cuma kenal Bali. Jakarta kan Ibu Indonesia. Ibu negeri ini harus ada teater, teater mengenai seni budaya,” tegasnya.

 

Bagi Eyang Puspa, teater bukan hanya hiburan, tapi ruang edukasi lintas generasi. Ia meyakini bahwa anak-anak muda bisa belajar dari orang tua mereka, dari A sampai Z, soal ragam budaya daerah.

 

“Kita harus konsen ke sana, continue, lestarikan seni budaya Indonesia,” tutupnya.

 

Kini, pesan itu menjadi suara terakhir seorang legenda, yang tak hanya menyanyi, tapi juga mengingatkan kita: bahwa seni bukan sekadar warisan, tapi juga tanggung jawab. Selamat jalan, Eyang Puspa. Suaramu akan terus menggema, bukan hanya di panggung, tapi di hati setiap pecinta budaya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *